Nama : Andi Satria
Putranta Barus
Tingkat/Jur : IV-C/Teologia
M. Kuliah : Teologi
Perjanjian Lama 2
Dosen : Pdt.
Dr. Jontor Situmorang
Asal Usul Setan Atau
Iblis Ditinjau Dalam Perjanjian Lama
I.
Pendahuluan
Setan atau yang sering kita sebut sebagai Iblis bukanlah
topik yang baru untuk dibahas. Sosok yang satu ini sangat familiar terkhusus
dalam dunia kekristenan. Siapa yang tidak mengenal setan? Sosok yang selalu
memerankan peran antagonis dalam alkitab dan selalu berusaha membuat manusia
jauh dari Allah. Siapakah dia sebenarnya? Darimana asal usulnya? Pertanyaan ini
akan dibahas dalam paper ini menurut perspektif perjanjian lama. Semoga sajian
ini dapat menambah wawasan kita semua.
II.
Pembahasan
2.1
Arti
Kata Setan Atau Iblis Dalam Perjanjian Lama
Berdasarkan acuan perjanjian lama, secara etimologis
kata setan berasal dari bahasa ibrani שׇטׇן (syatan)
yang berarti “lawan”,“seteru”,”penentang” dan “penuduh”. Kata ini muncul
sebanyak 24 kali dalam perjanjian lama. Kata ini merupakan kata serapan dari
bahasa Aram. Kata
שׇטׇן (syatan) ini secara etimologikal merupakan
perkembangan selanjutnya dari bahasa sekitar Israel dengan beberapa acuan makna[1]
dan akhirnya mengambil bentuk kata dengan prefiks yang bisa kita kenal saat
ini. Didalam beberapa tradisi timur tengah kuno khususnya bangsa Akkadian,
secara terminologi kata ini memiliki dua dimensi yang lazim dipakai saat itu
yakni dimensi politis dan dimensi keilahian. Lazimnya, para penentang
pemerintahan atau para pemberontak kerajaan saat itu digelari sebagai “satan”
(Akk: satanu). Pada dimensi
keliahian, “satan” juga mengambil peranan penting pada pertempuran dewa-dewa
dan pemberontakan dewa-dewa terhadap dewa utama. Namun, beberapa sarjana
alkitab mengungkapkan bahwa penjelasan sosok ini sangat terbatas pada
perjanjian lama karena tidak dipaparkan secara eksplisit pada naskah alkitab.[2]
Dalam perjanjian lama, kata ini menunjukkan subjek
antagonis ataupun watak dan karakter yang antagonis. Namun akhirnya makna
etimologis ini dipersonifikasi oleh para penafsir sebagai subjek atau personal.[3]
Dalam PL istilah "setan" atau "penuduh" dapat berhubungan
dengan tiga kelompok terpisah:[4]
1. penuduh manusia (lih. I Sam. 29:4; II Sam 19:22;
1 Raj. 11:14,20,29; Maz. 109:6)
2. malaikat penuduh (lih. Bil. 22:22-23; Ayub 1-2;
Zak. 3:1)
3. iblis penuduh (lih. 1 Taw. 21:1; 1 Raj. 22:21;
Zak. 13:2
Didalam Bridgeway
Bible Dictionary, setan diartikan sebagai personal yang selalu aktif
melawan Allah dimana dalam perkembangan selanjutnya dipahami sebagai pemimpin
orang-orang yang mencintai kejahatan.[5]
Menurut Charles
Buck Theological Dictionary, setan digambarkan sebagai penentang dan musuh
yang secara umum ditujukan kepada pemimpin para malaikat yang jatuh dari surga
yang notabenenya adalah sekutunya.[6]
Nama setan juga diadopsi secara literal (Ayub 1:6)
dalam beberapa versi alkitab, seperti Authorized Version, Contemporary English
Version, Darby Version, English Standard Version, Holman Christian Standard
Bible, dan New King James Version. Dalam perjanjian lama bahasa Yunani
(septuaginta), setan tidak diadopsi secara literal melainkan diganti dengan
kata διαβολος yang juga memiliki makna yang serupa.
2.2
Asal
Usul Setan Atau Iblis Dalam Kajian Perjanjian Lama
Alkitab tidak memberikan dan menjelaskan mengenai
kemunculan setan beserta hakikatnya secara eksplisit. Hal ini menimbulkan
pertanyaan dan perdebatan yang hangat mengenai setan secara esensial. Berbeda
dengan berbegai doktrin atau teologi Kristen lainnya, setan tidak memiliki
dasar yang kuat secara biblis. Kemunculannya yang sedikit pada Perjanjian lama
terutama kisah ayub dan daud seolah-olah mereka adalah tokoh yang tidak penting
Pada umumnya, orang Kristen memahami iblis berasal dari malaikat yang
memberontak dan jatuh ke bumi. Banyak juga opini yang mengatakan bahwa awalnya
mereka pemimpin biduan di surga yang akibat kesombongannya dibuang dan
dijatuhkan dari tahtanya. Beberapa buku tafsir juga tak luput dari cerita
spekulatif ini, dimana kisah ini turut mewarnai ayat-ayat kontroversial yang
diyakini sebagai asal usul setan yakni Yesaya 14:12-15, Yeh 28:11-19 dan
Kejadian 6:1-4. Dan sosok itu sering kali dinamakan dengan “Lucifer”.[7]
Siapakah dia? Apakah dia benar-benar ada? atau hanya sebuah legenda yang
mempengaruhi para penulis dan penafsir alkitab?
Untuk memahami lebih jauh mengenai permasalahan ini,
penyaji akan mencoba untuk memaparkan terlebih dahulu mengenai Lucifer, sejarah
dan arti katanya. Istilah Lucifer ini memasuki ruang lingkup religi ketika istilah
ini diidentikkan dengan Yesaya 14:12-15. Tokoh yang berperan mengadopsi kata
itu adalah St. Jerome (Hieronimus) pada abad ke-4M saat ia menerjemahkan
perjanjian lama kedalam bahasa latin (Vulgata). Istilah Ibrani dalam Yesaya
14:12 בֶּן־שָׁחַר הֵילֵל (heylel ben shakar) diterjemahkan dalam Septuaginta
dengan istilah ο εωσφορος (heosphorus)
yang dalam bahasa Yunani merujuk pada Venus[8]
sebagai bintang fajar dan dalam Latin Vulgata dipakai istilah ‘lucifer’. Istilah
‘Lucifer’ berasal dari bahasa Latin, lux, artinya ‘sinar’ dan ferre, yang
berarti ‘membawa’. Menurut Oxford English Dictionary (OED) kata ‘Lucifer ‘
memiliki sejarah yang menarik. Ada 2 arti penggunaan kata Lucifer ini yang
berasal dari periode Old English atau periode Anglo-Saxon (sekitar 1000 M)
hingga periode Middle English. Dan arti ini terus dipergunakan hingga abad
modern ini. Lucifer adalah istilah Latin yang merujuk pada planet Venus, sang
bintang fajar/pagi. Tetapi astronomi orang Romawi menyebut bintang pagi/fajar
dengan istilah Venus. Itulah sebabnya istilah ‘Lucifer’ seringkali diidentikkan
dengan bintang fajar/pagi. Salah satu referensi paling jelas sehubungan dengan
pengidentikan Lucifer sebagai bintang pagi/fajar ini ditemukan dalam karya
Pliny, ‘Natural History’ yang ditulis sekitar tahun 50 M:
Beneath the
Sunne a goodly faire starre there is, called Venus, which goeth her
compasse,
wandering this way and that, by turnes: and by the very names that it hath,
testifieth her
emulation of Sunne and Moone. For all the while that shee preventeth
the morning, and
riseth Orientall before, she taketh the name of Lucifer as a second sun hastening the day......
Namun pengidentifikasian Lucifer dengan setan
menjadi topik pembahasan utama, terkait masalah asal usulnya. Kebanyakan
penafsir[9]
sepakat bahwa Yesaya 14:12-15 dan Yehezkiel 28:11-19 merupakan ayat yang
menggambarkan asal usul setan. Origenes menjadi orang yang pertama
mensejajarkan setan dan Lucifer yang memaknainya sebagai pembawa terang. Padahal
kekristenan purba, saat itu meyakini bahwa pembawa terang/bintang timur adalah
Yesus Kristus.[10] Menurut
Browning, kecenderungan para bapa-bapa gereja menghubungkan bintang terang ini
dengan Lucifer, sang penghulu setan, ini diakibatkan oleh ucapan Yesus pada
kitab Lukas 10:18 yang diyakini diambil dari Yes 14:12.[11]
Dan di dalam buku yang berjudul Fallen
Angel and Origins of Evil, menjelaskan sebuah fakta yang menarik dimana
pemimpin-pemimpin gereja awal sempat dipengaruhi oleh salah satu tulisan
yudaisme yakni kitab Henokh[12]
yang akhirnya mewarnai teologi Kristen saat itu.[13]
Akhirnya, muncullah kisah Lucifer yang beredar hingga saat ini. Kisah itu lazim
disebut sebagai “The Fallen Angel” atau malaikat yang jatuh.
Ada 3 ayat parallel sering dihubungkan untuk
menjelaskan asal usul setan/Lucifer yakni Kejadian 6:1-4, Yesaya 14:12-15 dan
Yehezkiel 28:11-19. Menurut perjanjian lama setan sama sekali tidak pernah
dihubungkan dengan malaikat-malaikat. Dalam bahasa asli Alkitab PL, yaitu bahasa
Ibrani, tidak pernah muncul kata Lucifer. Apalagi sebenarnya Yesaya 14:12 tidak
sedang berbicara tentang kejatuhan malaikat, tetapi kejatuhan seorang raja
Babel yang selama hidupnya telah menganiaya bangsa Israel. Bagian ini sama
sekali tidak menyebutkan keterlibatan setan, baik dalam bentuk nama maupun
referensinya. Dari konteksnya, Yesaya pasal 13-14 berhubungan dengan Babel (13:1:
ucapan Ilahi terhadap Babel yang dinyatakan kepada Yesaya bin Amos) dan
khususnya pasal 13 secara keseluruhan berbicara tentang penghukuman terhadap
bangsa Babel. Pasal 14:1-3 merupakan kata-kata penghiburan terhadap bangsa
Israel; selanjutnya ayat 4 merupakan seruan Tuhan agar bangsa Israel
menyanyikan lagu ejekan terhadap bangsa Babel. Bumi dan pohon-pohon bersukacita
(ay. 7-8) karena raja Babel yang sombong itu telah mati (9-20).
Pengidentikan setan dengan Lucifer setidaknya
memiliki keterkaitan dengan kemunculan istilah tersebut dalam terjemahan Latin
Vulgata milik Jerome. Dalam sejarah diketahui bahwa terjemahan Latin Vulgata
merupakan versi Alkitab resmi gereja Barat hampir selama 1 abad (sekitar
500-1500an M). Selama masa Reformasi pula, ketika orang-orang berusaha menerjemahkan
Alkitab ke dalam bahasa mereka sendiri, setidaknya Vulgata menjadi sebuah referensi
utama saat itu. Begitu pula yang terjadi pada terjemahan-terjemahan Akitab berbahasa
Inggris. Menurut Oxford English Dictionary, kemunculan istilah ‘Lucifer’ di semua
versi Alkitab berbahasa Inggris, dari masa Wycliffe hingga KJV, merujuk pada
sebuah nama diri (proper name).
Jerome mempergunakan istilah Latin lucifer, yang
sebenarnya berarti Venus (untuk merujuk pada bintang pagi/fajar) untuk
menerjemahkan kata Yunani ew` sfo,roj (heosphorus) ‘dawn-bearer’. Kata Ibrani
untuk teks ini adalah heilel ben schahar yang berarti ‘helel anak shahar’.
Helel adalah seorang dewa orang Babel atau Kanaan yang merupakan anak dari dewa
Shahar.
2.3
Perkembangan
Ide Mengenai Malaikat Yang Jatuh
Alkitab tidak memberi gambaran secara jelas tentang
kejatuhan para malaikat dan alasan-alasannya. Salah satu tulisan di luar
Alkitab yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan konsep ini adalah
Paradise Lost, karangan John Milton yang terbit tahun 1667. Karya ini disajikan
dalam bentuk puisi kepahlawan. Karya ini terdiri dari 12 kitab. Karya ini disajikan
dalam bentuk puisi kepahlawan. Karya ini terdiri dari 12 kitab. Berikut akan
digambarkan ringkasan isi masing-masing kitab sehingga kita dapat mengetahui
pengaruhnya bagi kekristenan hingga sekarang ini: [14]
Kitab 1
|
Bagian pembuka
berisi renungan tentang sorga, kejatuhan manusia dan tujuan penulis:
membenarkan cara-cara yang dilakukan Allah terhadap manusia. Setan, Beelzebul
dan malaikat-malaikat yang memberontak digambarkan tinggal di danau api (asal
usul neraka sebagai tempat tinggal setan) dan menyerukan “Better to reign in
hell than serve in heaven.”
|
Kitab 2
|
Setan dan
malaikat-malaikat pemberontak berdebat apakah mereka akan mengadakan
perlawanan terhadap sorga. Beelzebul mengatakan bahwa sebuah dunia baru
sedang dibangun, yang kelak akan menjadi tempat tinggal manusia. Setan
memutuskan untuk mengunjungi dunia baru ini dengan melewati pintu gerbang
neraka. Setan digambarkan menelurkan ide tentang dosa melalui ledakan api
dari dahinya.
|
Kitab 3
|
Allah mengamati
perjalanan setan dan menubuatkan kejatuhan manusia yang dilakukan setan.
Namun ditekankan bahwa kejatuhan terjadi karena kehendak bebas manusia
sendiri dan bukan merupakan tanggung jawab Allah. Anak Allah menawarkan
Dirinya sebagai tebusan bagi ketidaktaatan manusia. Setan muncul di bumi,
menyamar sebagai malaikat.
|
Kitab 4
|
Setan berkeliling di
taman Eden. Di sana dia melihat Adan dan Hawa sedang berbicara tentang pohon
pengetahuan yang terlarang. Setan mencoba mengamati-amati dan selanjutnya dia
berusaha menggoda Hawa ketika sedang tidur. Tetapi apa yang dilakukan setan
diketahui oleh malaikat Gabriel yang selanjutnya mengusirnya dari taman Eden.
|
Kitab 5
|
Hawa terbangun dan
menceritakan mimpinya pada Adam. Allah mengutus Rafael untuk memperingatkan
dan menghibur Adam. Mereka berdiskusi tentang kehendak bebas dan
predestinasi. Rafael juga menceritakan tentang bagaimana setan membujuk para
malaikat untuk melawan Allah.
|
Kitab 6
|
Selanjutnya Rafael
menggambarkan perang yang terjadi di sorga dan bagaimana Anak Allah
mencampakkan setan dan pengikut-pengikutnya ke neraka.
|
Kitab 7
|
Rafael menjelaskan
bahwa setelah itu Allah memutuskan untuk menciptakan dunia yang lain (bumi)
dan dia memperingatkan Adam untuk tidak makan buah pohon pengetahuan.
|
Kitab 8
|
Adam menanyakan pada
Rafael tentang bintang-bintang dan susunan sorga. Rafael memperingatkan Adam
karena sorga adalah sesuatu yang terlalu tinggi untuknya. Rafael menyuruh
Adam bersikap bijaksana dan bersabar.
|
Kitab 9
|
Setan kembali ke
Eden dan masuk ke dalam tubuh ular yang sedang tidur. Ular itu berusaha
mencobai Hawa untuk makan dari buah pohon pengetahuan. Hawa memakannya dan
mengambilkan beberapa buah lagi untuk Adam. Adam tersadar bahwa Hawa telah
ditipu namun Adam terus makan buah itu. Dalam keadaannya yang tidak bersalah,
mereka menutupi ketelanjangan mereka. Mereka terduduk menangis, seperti hujan
air mata mereka.
|
Kitab 10
|
Allah mengirim
Anak-Nya ke Eden untuk menghukum Adam dan Hawa. Setan kembali ke neraka
dengan kemenangan besar.
|
Kitab 11
|
Anak Allah memohon
pengampunan dari Allah untuk kepentingan Adam dan Hawa. Allah menyuruh mereka
keluar dari Eden. Malaikat Mikael datang untuk menghukum. Mikael
membentangkan sejarah dunia pada masa mendatang kepada Adam.
|
Kitab 12
|
Sebelum mengusir
Adam dan Hawa, Mikael bercerita tentang Mesias yang akan datang. Sorga telah
berlalu bagi mereka. Puisi ini diakhiri dengan kata-kata “Dunia terbentang di
hadapan mereka. Mereka bergandengan tangan menjelajahi dunia. Dari eden,
mereka menjalani dunia mereka yang sunyi.”
|
Dari karya inilah akhirnya cerita fenomenal tentang
Lucifer beredar bahkan hingga saat ini. Disini penyaji akan mengangkat sebuah
contoh cerita yang menggambarkan kejatuhan malaikat yang beredar di zaman
post-modern ini:
Lucifer dalam
Alkitab adalah malaikat pemimpin puji-pujian di sorga. Ia diciptakan oleh
Allah. Ia terkenal karena keindahannya dan kemegahannya. Hal ini membuatnya
sombong dan ingin dipuja, menjadi sama seperti Allah. Karena pemberontakannya
ini, ia dilemparkan oleh Allah ke bumi. Ia berhasil merekrut sepertiga dari
berlaksalaksa (laksa: puluhan ribu) malaikat di surga bersamanya. Sejak ia
jatuh dalam dosa,ia menjadi tuan dari kegelapan, kekacauan, ketidakteraturan,
kerusakan, dsb. Lucifer dalam kitab Kejadian menggunakan seekor ular untuk
menjatuhkan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Ia adalah pendusta dan bapa (sumber)
dari segala dusta dan kebohongan (Yoh 8:44). Kedatangan Yesus ke dunia telah
menebus manusia dari dosa dan mengalahkan Lucifer. Ia dilucuti, dan sekarang
mengandalkan tipu muslihat dan kelicikannya untuk membinasakan manusia. Pada
akhirnya nasibnya akan sangat mengerikan: dilemparkan ke dalam lautan api dan
belerang dan disiksa selamalamanya (Wahyu 20:10).
Penyaji berpendapat, berdasarkan biografi Origenes
dan beberapa karyanya, ia terlihat sebagai tokoh penafsir yang menganut metode
Allegoris[15]
sehingga kitab-kitab apokaliptis yang dia tafsir mengakibatkan simbol-simbol
dan tanda-tanda dalam kitab-kitab itu direlevansikan dengan suatu tokoh atau
keadaan tertentu sesuai dengan arah dan ide si penafsir. Cerita Lucifer semakin
kuat dalam gereja setelah St. Jerome menggunakan kata Lucifer dalam Alkitab
resmi Gereja Khatolik Roma Vulgata.
2.3.1
Kritik
Historis Terhadap Yesaya 14:12-15 dan Yehezkiel 28:11-19
Kita harus menganggap serius konteks historis dan
pernyataan spesifik literari Yesaya dan menegaskan bahwa ini mengacu kepada
raja Babel (atau raja-raja Asyur setelah Ashurbanipal). Dari ay. 12 jelas
merujuk padaseorang raja duniawi Asyur atau Babel (lih. ay. 16-17). Gambaran
dari puisi (ay. 4-21) diambil dari mitologi Kanaan (khususnya ay. 13-14), yang
dikenal dari Ras Shamra Tablet berasal dari abad ke lima belas ditemukan di
kota Ugarit.Istilah "bintang pagi" (Helal) dan "bintang
fajar" (Shabar) keduanya nama dewa dalam mitologi Kanaan, seperti gunung
para dewa di utara (Gunung Zaphon, lih. Maz. 48:2). Juga sebutan untuk tuhan,
"Yang Maha Tinggi," adalah umum dalam puisi Ugarit dan mengacu pada
Ba'al Shamim ("Tuhan langit"). Dalam puisi Kanaan mytho-Helal, dewa
yang lebih rendah, mencoba untuk merebut kekuasaan, namun dikalahkan. Ini ada
di balik perumpamaan Yesaya tentang penguasa timur yang sombong.[16]
Kemudian sumber kedua yakni Yehezkiel 28:11-19 yang
mirip dengan Yesaya 14:12-15 yakni kejatuhan Raja Tirus. Ini merupakan bagian
dari nubuatan mengenai kejatuhan Tirus. Pada konteks itu, raja Tirus sering
menyebut dirinya sebagai dewa atau manusia Tuhan dan nama raja itu adalah
Ittoba’al[17]
III yang memimpin Tirus tahun 590-575 SM. Ia sering meninggikan dirinya dan
menyamakan dirinya dengan Tuhan.[18]
2.3.2
Fakta
Historis Tentang “Malaikat Yang Jatuh” (Lucifer)
Legenda tentang malaikat yang jatuh (Lucifer) yang
dihubung-hubungkan dengan cerita alkitab merupakan sebuah kisah yang cukup tua
dan bahkan sudah ada sebelum kemunculan kekristenan. Cerita ini muncul dalam
naskah-naskah pseudopigrapha dan apokrifa yang ditulis sekitar 200-150 SM. Literatur-literatur tersebut kebanyakan bersifat
apokaliptis, yang menggambarkan perubahan-perubahan besar yang terjadi di dunia
serta tentang akhir jaman. Melalui literatur-literatur itulah kita dapat
melihat perkembangan gagasan atau ide tentang roh jahat. Menurut
literatur-literatur tersebut, sebenarnya kejahatan bukan merupakan esensi dan
asal usul dari setan. Salah satu literatur terkenal yang membahas tentang hal
ini adalah kitab Henokh. Kitab ini menceritakan antara lain tentang
‘kecelakaan’ yang terjadi dalam kelompok para malaikat. Beberapa kelompok
malaikat memberontak pada Allah dan akhirnya mereka dicampakkan dari sorga.
Sebuah tulisan orang Yahudi, The Life of Adam and Eve (Vita Adami et Evae) yang
diperkirakan berasal dari 200 SM-200 M, memberi dukungan terhadap kisah ini.
Menurut tulisan ini, setan bercerita kepada Adam dan Hawa bahwa kejatuhannya dari
sorga merupakan akibat penolakannya menyembah Adam sebagai gambaran Allah.[19]
Informasi dari Alfred Edersheim juga menginformasikan bahwa bahwa Yudaisme
rabinis terlalu dipengaruhi oleh dualisme Persia dan spekulasi yang jahat. Para
rabi bukanlah sumber yang baik bagi kebenaran di area ini. Yesus secara radikal
menyimpang dari ajaran Sinagog di area ini. Konsep musuh archangelic YHWH
dikembangkan dari dua dewa yang tinggi dualisme Persia, Ahkiman dan Ormaza, dan
kemudian dikembangkan oleh para rabi menjadi dualisme Alkitab YHWH dan Setan.[20]
Perkembangan mengejutkan terjadi pada masa
inter-testamental[21].
Pada periode intertestamental ini, ular di Kejadian 3 diidentifikasi sebagai
setan, dan bahkan kemudian hal ini menjadi pilihan para rabbi. "Anak-anak
Allah" dalam Kejadian 6 menjadi malaikat dalam I Henokh 54:6.[22]
Dan uniknya, Kejadian 6:1-2 sangatlah mirip dengan 1 Henokh 6:1-2.[23]
III.
Kesimpulan
Iblis merupakan sosok yang tak asing bagi kita
meskipun alkitab tidak menceritakan asal usulnya. Iblis merupakan sosok yang
antagonis dalam alkitab dimana ia selalu menghasut manusia agar melawan
kehendak Allah. Kita sebagai orang Kristen haruslah tetap membentengi diri kita
dengan iman kita agar kita tidak mudah terpengaruh kuasa si jahat, karena satu
hal yang juga perlu kita sadari bahwa tidak kuasa yang lebih hebat selain
didalam nama Yesus.
IV.
Daftar
Pustaka
Barton,
John & Muddiman, John., The Oxford
Bible Commentary, (Oxford University Press : U.K, 2007), 553
Browning,W.R.F.,
Kamus Alkitab, Jakarta : BPK-GM, 2012
Buck,
Charles, Charles Buck Theological
Dictionary,Nabu Publisher, 2011
DYK-02-Nama
Lucifer-PDF
Edersheim,Alfred.,
The Life and Times of Jesus the Messiah
Vol II, Grand Rapids, MI: Christian Classics Ethereal Library, 1953
Ellen
Guiley, Rosemary., The Encyclopedia Of
Demons and Demonology, New York : Visionary Living, 2009
Fleming,
Don., Bridgeway Bible Dictionary, Bridgeway
Publications : Brisbane, Australia, 2004
http://wesley.nnu.edu/index.php?id=2126
L.
Alden, Robert., Lucifer, Who or What?
– (Bulletin of the Evangelical Theological Society 11, 1968) 35-39
Prophet,
Elizabeth Clare., Fallen Angels And
Origin of Evil, (Summit University Press : USA, 2000)5
Unger,
Merill F. & Whilliam White, Jr, Vines
Expository Dictionary of the Old Testament (Thomas Nelson Publisher :
Nashville, 1949)1356
Utley,
Bob, Isaiah A Commentary, Bible
Lessons International: Marshall, Texas USA 2010
Van
Der Toorn, Karel, Bob Becking, & Pieter W. Van Der Horst, Dictionary Of Deities and Demonology In The
Bible, William B. Eerdsman Publishing Company Grand Rapids : Cambridge,
U.K, 1999
[1] Acuan tersebut adalah yang pertama, menyesatkan (to stray), memberontak (to revolt), membuat tak adil (to be unjust), membakar (to burn), menggoda (to seduce). (Dictionary Of
Deities and Demonology In The Bible, 1999, hlm 765)
[2] Karel Van Der Toorn, Bob Becking, & Pieter W. Van Der Horst, Dictionary Of Deities and Demonology In The
Bible, (William B. Eerdsman Publishing Company Grand Rapids : Cambridge,
U.K, 1999)765-769
[3] Merill F. Unger & Whilliam White, Jr, Vines Expository Dictionary of the Old Testament (Thomas Nelson
Publisher : Nashville, 1949)1356
[4] Bob Utley, Isaiah A Commentary, (Bible Lessons
International: Marshall, Texas USA 2010)147
[5] Don Fleming, Bridgeway Bible
Dictionary, (Bridgeway Publications : Brisbane, Australia, 2004)420
[6] Charles Buck, Charles Buck Theological Dictionary,(Nabu
Publisher, 2011)711
[7] Robert L. Alden, Lucifer, Who
or What? – (Bulletin of the Evangelical Theological Society 11, 1968) 35-39
[8] Venus termasuk dalam kategori inferior planet, artinya karena garis
orbitnya terletak antara bumi dan matahari, maka Venus tidak dapat muncul di
langit pada malam hari jika dilihat dari timur. Venus hanya dapat dilihat di
sebelah timur pada pagi hari atau sebelum matahari terbit atau di sebelah barat
pada saat matahari terbenam selama sekitar 1 jam. Venus adalah benda ruang
angkasa paling terang setelah matahari dan bulan.
[9] Beberapa penafsir itu diantaranya,
Origenes, Agustinus, Tertullianus
dan beberapa penafsir di zaman modern seperti Adam Clarke’s Commentary,
Wycliffe Commentary, John Trapp’s Commentary.
[10] Rosemary Ellen Guiley, The
Encyclopedia Of Demons and Demonology, (New York : Visionary Living,
2009)154
[11] W.R.F Browning, Kamus Alkitab,
(Jakarta : BPK-GM, 2012)244
[12] Kitab Henokh adalah judul yang diberikan kepada sejumlah karya yang
dianggap ditulis oleh Henokh, kakek buyut Nuh; artinya,Nabi Henokh/Nabi Idris,
Henokh anak Yared (Kejadian 5:18). Ada juga tiga orang lain dalam Alkitab yang
bernama Henokh: anak Kain (Kejadian 4:17), anak Midian (Kejadian 25:4), dan
anak Ruben (Kejadian 46:9; Keluaran 6:14). Yang paling umum, ungkapan Kitab
Henokh merujuk kepada 1 Henokh, yang sejauh kita ketahui bertahan utuh hanya
dalam bahasa Ethiopia. Ada lagi dua kitab lain yang dinamai Henokh, yaitu 2
Henokh (yang bertahan hanya dalam bahasa Slavia Kuno, sekitar abad pertama;
terj. bahasa Inggris oleh R. H. Charles (1896) dan 3 Henokh (yang bertahan dalam bahasa
Ibrani, sekitar abad ke-5 – abad ke-6. Meskipun banyak pakar menganggap Kitab 1
Henokh sebagai pseudoepigraf, berbagai kelompok, termasuk Gereja Ortodoks
Ethiopia dan kaum Esene, menganggap sebagian atau seluruh bagian dari 1 Henokh
sebagai Kitab Suci yang diilhamkan. Teks-teks yang dikenal sekarang dari karya
ini biasanya diperkirakan berasal dari masa Makabe (sekitar 160-an SM).
[13] Elizabeth Clare Prophet, Fallen
Angels And Origin of Evil, (Summit University Press : USA, 2000)5
[14] DYK-02-Nama Lucifer-PDF
[15] Metode ini dimulai dari penyatuan antara agama dan filsafat Yunani.
Dengan munculnya filsafat, orang Yunani mulai menyadari bahwa mereka tidak
mungkin menafsirkan tulisan-tulisan agama mereka secara harfiah dan tetap
berpegang pada filsafat mereka. Jika kedua-duanya diambil secara harfiah, maka
keduanya akan bertentangan. Karena kesetiaan baru mereka kepada filsafat, maka
untuk membuat agar agama dan filsafat mereka tidak berbenturan mereka harus
menyimpulkan bahwa tulisan-tulisan keagamaan mempunyai arti agak lain daripada
arti harafiahnya. Metode ini beranggapan bahwa di balik arti yang jelas dan
nyata dari kitab suci terdapat artinya yang sebenarnya.
[16] Bob Utley, Isaiah A
Commentary, 153
[17] Ittoba’al secara harafiah juga berarti manusia ba’al.
[18] John Barton & John Muddiman, The Oxford Bible Commentary, (Oxford University Press : U.K, 2007),
553
[19] DYK-02-Nama Lucifer-PDF
[20] Alfred Edersheim, The Life
and Times of Jesus the Messiah Vol II, (Grand Rapids, MI: Christian
Classics Ethereal Library, 1953)770
[21] Apa yang terjadi dalam 400 tabun di antara penulisan kitab Maleakhi
dan saat kelahiran Yesus tidak selalu jelas. Ini lah yang disebut dengan
"Periode Intertestamental" oleh sebab inilah jangka waktu di antara
penulisan Perjanjian Lama dan Baru. Kita tahu bahwa bangsa Israel yang telah
dipulihkan itu mengalami berbagai gangguan politik yang serius sementara waktu
ini. Setelah Aleksander Agung menaklukkan Imperium Persia, para pangeran dan
jenderal Yunani berjuang untuk merebut hak untuk memerintah Timur Dekat. Raja
Antiokhus III dari wangsa Seleukus merebut Palestina.dari Mesir pada tahun 198
sM dan berusaha menjadikannya sebuah pangkalan untuk membangun suatu imperium
baru di Timur. Akan tetapi, Antiokhus III bukanlah tandingan bagi legiun-legiun
Roma. Mereka mengalahkan bala tentaranya pada tahun 190 sM dan menjadikannya
penguasa boneka dalam rangkaian pemimpin Roma.
[22] Bob Utley, Isaiah A Commentary,
147
[23] http://wesley.nnu.edu/index.php?id=2126
Tidak ada komentar:
Posting Komentar