Senin, 09 Mei 2016

Asal Usul Setan Atau Iblis Ditinjau Dalam Perjanjian Lama

Nama              :           Andi Satria Putranta Barus
Tingkat/Jur    :           IV-C/Teologia
M. Kuliah       :           Teologi Perjanjian Lama 2
Dosen              :           Pdt. Dr. Jontor Situmorang
Asal Usul Setan Atau Iblis Ditinjau Dalam Perjanjian Lama
I.                   Pendahuluan
Setan atau yang sering kita sebut sebagai Iblis bukanlah topik yang baru untuk dibahas. Sosok yang satu ini sangat familiar terkhusus dalam dunia kekristenan. Siapa yang tidak mengenal setan? Sosok yang selalu memerankan peran antagonis dalam alkitab dan selalu berusaha membuat manusia jauh dari Allah. Siapakah dia sebenarnya? Darimana asal usulnya? Pertanyaan ini akan dibahas dalam paper ini menurut perspektif perjanjian lama. Semoga sajian ini dapat menambah wawasan kita semua.
II.                Pembahasan
2.1  Arti Kata Setan Atau Iblis Dalam Perjanjian Lama
Berdasarkan acuan perjanjian lama, secara etimologis kata setan berasal dari bahasa ibrani שׇטׇן (syatan) yang berarti “lawan”,“seteru”,”penentang” dan “penuduh”. Kata ini muncul sebanyak 24 kali dalam perjanjian lama. Kata ini merupakan kata serapan dari bahasa Aram. Kata שׇטׇן (syatan) ini secara etimologikal merupakan perkembangan selanjutnya dari bahasa sekitar Israel dengan beberapa acuan makna[1] dan akhirnya mengambil bentuk kata dengan prefiks yang bisa kita kenal saat ini. Didalam beberapa tradisi timur tengah kuno khususnya bangsa Akkadian, secara terminologi kata ini memiliki dua dimensi yang lazim dipakai saat itu yakni dimensi politis dan dimensi keilahian. Lazimnya, para penentang pemerintahan atau para pemberontak kerajaan saat itu digelari sebagai “satan” (Akk: satanu). Pada dimensi keliahian, “satan” juga mengambil peranan penting pada pertempuran dewa-dewa dan pemberontakan dewa-dewa terhadap dewa utama. Namun, beberapa sarjana alkitab mengungkapkan bahwa penjelasan sosok ini sangat terbatas pada perjanjian lama karena tidak dipaparkan secara eksplisit pada naskah alkitab.[2]
Dalam perjanjian lama, kata ini menunjukkan subjek antagonis ataupun watak dan karakter yang antagonis. Namun akhirnya makna etimologis ini dipersonifikasi oleh para penafsir sebagai subjek atau personal.[3] Dalam PL istilah "setan" atau "penuduh" dapat berhubungan dengan tiga kelompok terpisah:[4]
1. penuduh manusia (lih. I Sam. 29:4; II Sam 19:22; 1 Raj. 11:14,20,29; Maz. 109:6)
2. malaikat penuduh (lih. Bil. 22:22-23; Ayub 1-2; Zak. 3:1)
3. iblis penuduh (lih. 1 Taw. 21:1; 1 Raj. 22:21; Zak. 13:2
Didalam Bridgeway Bible Dictionary, setan diartikan sebagai personal yang selalu aktif melawan Allah dimana dalam perkembangan selanjutnya dipahami sebagai pemimpin orang-orang yang mencintai kejahatan.[5]
Menurut Charles Buck Theological Dictionary, setan digambarkan sebagai penentang dan musuh yang secara umum ditujukan kepada pemimpin para malaikat yang jatuh dari surga yang notabenenya adalah sekutunya.[6]
Nama setan juga diadopsi secara literal (Ayub 1:6) dalam beberapa versi alkitab, seperti Authorized Version, Contemporary English Version, Darby Version, English Standard Version, Holman Christian Standard Bible, dan New King James Version. Dalam perjanjian lama bahasa Yunani (septuaginta), setan tidak diadopsi secara literal melainkan diganti dengan kata διαβολος yang juga memiliki makna yang serupa.

2.2  Asal Usul Setan Atau Iblis Dalam Kajian Perjanjian Lama
Alkitab tidak memberikan dan menjelaskan mengenai kemunculan setan beserta hakikatnya secara eksplisit. Hal ini menimbulkan pertanyaan dan perdebatan yang hangat mengenai setan secara esensial. Berbeda dengan berbegai doktrin atau teologi Kristen lainnya, setan tidak memiliki dasar yang kuat secara biblis. Kemunculannya yang sedikit pada Perjanjian lama terutama kisah ayub dan daud seolah-olah mereka adalah tokoh yang tidak penting Pada umumnya, orang Kristen memahami iblis berasal dari malaikat yang memberontak dan jatuh ke bumi. Banyak juga opini yang mengatakan bahwa awalnya mereka pemimpin biduan di surga yang akibat kesombongannya dibuang dan dijatuhkan dari tahtanya. Beberapa buku tafsir juga tak luput dari cerita spekulatif ini, dimana kisah ini turut mewarnai ayat-ayat kontroversial yang diyakini sebagai asal usul setan yakni Yesaya 14:12-15, Yeh 28:11-19 dan Kejadian 6:1-4. Dan sosok itu sering kali dinamakan dengan “Lucifer”.[7] Siapakah dia? Apakah dia benar-benar ada? atau hanya sebuah legenda yang mempengaruhi para penulis dan penafsir alkitab?
Untuk memahami lebih jauh mengenai permasalahan ini, penyaji akan mencoba untuk memaparkan terlebih dahulu mengenai Lucifer, sejarah dan arti katanya. Istilah Lucifer ini memasuki ruang lingkup religi ketika istilah ini diidentikkan dengan Yesaya 14:12-15. Tokoh yang berperan mengadopsi kata itu adalah St. Jerome (Hieronimus) pada abad ke-4M saat ia menerjemahkan perjanjian lama kedalam bahasa latin (Vulgata). Istilah Ibrani dalam Yesaya 14:12 בֶּן־שָׁחַר הֵילֵל (heylel ben shakar) diterjemahkan dalam Septuaginta dengan istilah ο εωσφορος   (heosphorus) yang dalam bahasa Yunani merujuk pada Venus[8] sebagai bintang fajar dan dalam Latin Vulgata dipakai istilah ‘lucifer’. Istilah ‘Lucifer’ berasal dari bahasa Latin, lux, artinya ‘sinar’ dan ferre, yang berarti ‘membawa’. Menurut Oxford English Dictionary (OED) kata ‘Lucifer ‘ memiliki sejarah yang menarik. Ada 2 arti penggunaan kata Lucifer ini yang berasal dari periode Old English atau periode Anglo-Saxon (sekitar 1000 M) hingga periode Middle English. Dan arti ini terus dipergunakan hingga abad modern ini. Lucifer adalah istilah Latin yang merujuk pada planet Venus, sang bintang fajar/pagi. Tetapi astronomi orang Romawi menyebut bintang pagi/fajar dengan istilah Venus. Itulah sebabnya istilah ‘Lucifer’ seringkali diidentikkan dengan bintang fajar/pagi. Salah satu referensi paling jelas sehubungan dengan pengidentikan Lucifer sebagai bintang pagi/fajar ini ditemukan dalam karya Pliny, ‘Natural History’ yang ditulis sekitar tahun 50 M:
Beneath the Sunne a goodly faire starre there is, called Venus, which goeth her
compasse, wandering this way and that, by turnes: and by the very names that it  hath,
testifieth her emulation of Sunne and Moone. For all the while that shee preventeth
the morning, and riseth Orientall before, she taketh the name of Lucifer as a second sun hastening the day......
Namun pengidentifikasian Lucifer dengan setan menjadi topik pembahasan utama, terkait masalah asal usulnya. Kebanyakan penafsir[9] sepakat bahwa Yesaya 14:12-15 dan Yehezkiel 28:11-19 merupakan ayat yang menggambarkan asal usul setan. Origenes menjadi orang yang pertama mensejajarkan setan dan Lucifer yang memaknainya sebagai pembawa terang. Padahal kekristenan purba, saat itu meyakini bahwa pembawa terang/bintang timur adalah Yesus Kristus.[10] Menurut Browning, kecenderungan para bapa-bapa gereja menghubungkan bintang terang ini dengan Lucifer, sang penghulu setan, ini diakibatkan oleh ucapan Yesus pada kitab Lukas 10:18 yang diyakini diambil dari Yes 14:12.[11] Dan di dalam buku yang berjudul Fallen Angel and Origins of Evil, menjelaskan sebuah fakta yang menarik dimana pemimpin-pemimpin gereja awal sempat dipengaruhi oleh salah satu tulisan yudaisme yakni kitab Henokh[12] yang akhirnya mewarnai teologi Kristen saat itu.[13] Akhirnya, muncullah kisah Lucifer yang beredar hingga saat ini. Kisah itu lazim disebut sebagai “The Fallen Angel” atau malaikat yang jatuh.
Ada 3 ayat parallel sering dihubungkan untuk menjelaskan asal usul setan/Lucifer yakni Kejadian 6:1-4, Yesaya 14:12-15 dan Yehezkiel 28:11-19. Menurut perjanjian lama setan sama sekali tidak pernah dihubungkan dengan malaikat-malaikat. Dalam bahasa asli Alkitab PL, yaitu bahasa Ibrani, tidak pernah muncul kata Lucifer. Apalagi sebenarnya Yesaya 14:12 tidak sedang berbicara tentang kejatuhan malaikat, tetapi kejatuhan seorang raja Babel yang selama hidupnya telah menganiaya bangsa Israel. Bagian ini sama sekali tidak menyebutkan keterlibatan setan, baik dalam bentuk nama maupun referensinya. Dari konteksnya, Yesaya pasal 13-14 berhubungan dengan Babel (13:1: ucapan Ilahi terhadap Babel yang dinyatakan kepada Yesaya bin Amos) dan khususnya pasal 13 secara keseluruhan berbicara tentang penghukuman terhadap bangsa Babel. Pasal 14:1-3 merupakan kata-kata penghiburan terhadap bangsa Israel; selanjutnya ayat 4 merupakan seruan Tuhan agar bangsa Israel menyanyikan lagu ejekan terhadap bangsa Babel. Bumi dan pohon-pohon bersukacita (ay. 7-8) karena raja Babel yang sombong itu telah mati (9-20).
Pengidentikan setan dengan Lucifer setidaknya memiliki keterkaitan dengan kemunculan istilah tersebut dalam terjemahan Latin Vulgata milik Jerome. Dalam sejarah diketahui bahwa terjemahan Latin Vulgata merupakan versi Alkitab resmi gereja Barat hampir selama 1 abad (sekitar 500-1500an M). Selama masa Reformasi pula, ketika orang-orang berusaha menerjemahkan Alkitab ke dalam bahasa mereka sendiri, setidaknya Vulgata menjadi sebuah referensi utama saat itu. Begitu pula yang terjadi pada terjemahan-terjemahan Akitab berbahasa Inggris. Menurut Oxford English Dictionary, kemunculan istilah ‘Lucifer’ di semua versi Alkitab berbahasa Inggris, dari masa Wycliffe hingga KJV, merujuk pada sebuah nama diri (proper name).
Jerome mempergunakan istilah Latin lucifer, yang sebenarnya berarti Venus (untuk merujuk pada bintang pagi/fajar) untuk menerjemahkan kata Yunani ew` sfo,roj (heosphorus) ‘dawn-bearer’. Kata Ibrani untuk teks ini adalah heilel ben schahar yang berarti ‘helel anak shahar’. Helel adalah seorang dewa orang Babel atau Kanaan yang merupakan anak dari dewa Shahar.
2.3  Perkembangan Ide Mengenai Malaikat Yang Jatuh
Alkitab tidak memberi gambaran secara jelas tentang kejatuhan para malaikat dan alasan-alasannya. Salah satu tulisan di luar Alkitab yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan konsep ini adalah Paradise Lost, karangan John Milton yang terbit tahun 1667. Karya ini disajikan dalam bentuk puisi kepahlawan. Karya ini terdiri dari 12 kitab. Karya ini disajikan dalam bentuk puisi kepahlawan. Karya ini terdiri dari 12 kitab. Berikut akan digambarkan ringkasan isi masing-masing kitab sehingga kita dapat mengetahui pengaruhnya bagi kekristenan hingga sekarang ini: [14]
Kitab 1
Bagian pembuka berisi renungan tentang sorga, kejatuhan manusia dan tujuan penulis: membenarkan cara-cara yang dilakukan Allah terhadap manusia. Setan, Beelzebul dan malaikat-malaikat yang memberontak digambarkan tinggal di danau api (asal usul neraka sebagai tempat tinggal setan) dan menyerukan “Better to reign in hell than serve in heaven.”
Kitab 2
Setan dan malaikat-malaikat pemberontak berdebat apakah mereka akan mengadakan perlawanan terhadap sorga. Beelzebul mengatakan bahwa sebuah dunia baru sedang dibangun, yang kelak akan menjadi tempat tinggal manusia. Setan memutuskan untuk mengunjungi dunia baru ini dengan melewati pintu gerbang neraka. Setan digambarkan menelurkan ide tentang dosa melalui ledakan api dari dahinya.
Kitab 3
Allah mengamati perjalanan setan dan menubuatkan kejatuhan manusia yang dilakukan setan. Namun ditekankan bahwa kejatuhan terjadi karena kehendak bebas manusia sendiri dan bukan merupakan tanggung jawab Allah. Anak Allah menawarkan Dirinya sebagai tebusan bagi ketidaktaatan manusia. Setan muncul di bumi, menyamar sebagai malaikat.
Kitab 4
Setan berkeliling di taman Eden. Di sana dia melihat Adan dan Hawa sedang berbicara tentang pohon pengetahuan yang terlarang. Setan mencoba mengamati-amati dan selanjutnya dia berusaha menggoda Hawa ketika sedang tidur. Tetapi apa yang dilakukan setan diketahui oleh malaikat Gabriel yang selanjutnya mengusirnya dari taman Eden.
Kitab 5
Hawa terbangun dan menceritakan mimpinya pada Adam. Allah mengutus Rafael untuk memperingatkan dan menghibur Adam. Mereka berdiskusi tentang kehendak bebas dan predestinasi. Rafael juga menceritakan tentang bagaimana setan membujuk para malaikat untuk melawan Allah.
Kitab 6
Selanjutnya Rafael menggambarkan perang yang terjadi di sorga dan bagaimana Anak Allah mencampakkan setan dan pengikut-pengikutnya ke neraka.
Kitab 7
Rafael menjelaskan bahwa setelah itu Allah memutuskan untuk menciptakan dunia yang lain (bumi) dan dia memperingatkan Adam untuk tidak makan buah pohon pengetahuan.
Kitab 8
Adam menanyakan pada Rafael tentang bintang-bintang dan susunan sorga. Rafael memperingatkan Adam karena sorga adalah sesuatu yang terlalu tinggi untuknya. Rafael menyuruh Adam bersikap bijaksana dan bersabar.
Kitab 9
Setan kembali ke Eden dan masuk ke dalam tubuh ular yang sedang tidur. Ular itu berusaha mencobai Hawa untuk makan dari buah pohon pengetahuan. Hawa memakannya dan mengambilkan beberapa buah lagi untuk Adam. Adam tersadar bahwa Hawa telah ditipu namun Adam terus makan buah itu. Dalam keadaannya yang tidak bersalah, mereka menutupi ketelanjangan mereka. Mereka terduduk menangis, seperti hujan air mata mereka.
Kitab 10
Allah mengirim Anak-Nya ke Eden untuk menghukum Adam dan Hawa. Setan kembali ke neraka dengan kemenangan besar.
Kitab 11
Anak Allah memohon pengampunan dari Allah untuk kepentingan Adam dan Hawa. Allah menyuruh mereka keluar dari Eden. Malaikat Mikael datang untuk menghukum. Mikael membentangkan sejarah dunia pada masa mendatang kepada Adam.
Kitab 12
Sebelum mengusir Adam dan Hawa, Mikael bercerita tentang Mesias yang akan datang. Sorga telah berlalu bagi mereka. Puisi ini diakhiri dengan kata-kata “Dunia terbentang di hadapan mereka. Mereka bergandengan tangan menjelajahi dunia. Dari eden, mereka menjalani dunia mereka yang sunyi.”
Dari karya inilah akhirnya cerita fenomenal tentang Lucifer beredar bahkan hingga saat ini. Disini penyaji akan mengangkat sebuah contoh cerita yang menggambarkan kejatuhan malaikat yang beredar di zaman post-modern ini:
Lucifer dalam Alkitab adalah malaikat pemimpin puji-pujian di sorga. Ia diciptakan oleh Allah. Ia terkenal karena keindahannya dan kemegahannya. Hal ini membuatnya sombong dan ingin dipuja, menjadi sama seperti Allah. Karena pemberontakannya ini, ia dilemparkan oleh Allah ke bumi. Ia berhasil merekrut sepertiga dari berlaksalaksa (laksa: puluhan ribu) malaikat di surga bersamanya. Sejak ia jatuh dalam dosa,ia menjadi tuan dari kegelapan, kekacauan, ketidakteraturan, kerusakan, dsb. Lucifer dalam kitab Kejadian menggunakan seekor ular untuk menjatuhkan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Ia adalah pendusta dan bapa (sumber) dari segala dusta dan kebohongan (Yoh 8:44). Kedatangan Yesus ke dunia telah menebus manusia dari dosa dan mengalahkan Lucifer. Ia dilucuti, dan sekarang mengandalkan tipu muslihat dan kelicikannya untuk membinasakan manusia. Pada akhirnya nasibnya akan sangat mengerikan: dilemparkan ke dalam lautan api dan belerang dan disiksa selamalamanya (Wahyu 20:10).
Penyaji berpendapat, berdasarkan biografi Origenes dan beberapa karyanya, ia terlihat sebagai tokoh penafsir yang menganut metode Allegoris[15] sehingga kitab-kitab apokaliptis yang dia tafsir mengakibatkan simbol-simbol dan tanda-tanda dalam kitab-kitab itu direlevansikan dengan suatu tokoh atau keadaan tertentu sesuai dengan arah dan ide si penafsir. Cerita Lucifer semakin kuat dalam gereja setelah St. Jerome menggunakan kata Lucifer dalam Alkitab resmi Gereja Khatolik Roma Vulgata.

2.3.1                    Kritik Historis Terhadap Yesaya 14:12-15 dan Yehezkiel 28:11-19
Kita harus menganggap serius konteks historis dan pernyataan spesifik literari Yesaya dan menegaskan bahwa ini mengacu kepada raja Babel (atau raja-raja Asyur setelah Ashurbanipal). Dari ay. 12 jelas merujuk padaseorang raja duniawi Asyur atau Babel (lih. ay. 16-17). Gambaran dari puisi (ay. 4-21) diambil dari mitologi Kanaan (khususnya ay. 13-14), yang dikenal dari Ras Shamra Tablet berasal dari abad ke lima belas ditemukan di kota Ugarit.Istilah "bintang pagi" (Helal) dan "bintang fajar" (Shabar) keduanya nama dewa dalam mitologi Kanaan, seperti gunung para dewa di utara (Gunung Zaphon, lih. Maz. 48:2). Juga sebutan untuk tuhan, "Yang Maha Tinggi," adalah umum dalam puisi Ugarit dan mengacu pada Ba'al Shamim ("Tuhan langit"). Dalam puisi Kanaan mytho-Helal, dewa yang lebih rendah, mencoba untuk merebut kekuasaan, namun dikalahkan. Ini ada di balik perumpamaan Yesaya tentang penguasa timur yang sombong.[16]
Kemudian sumber kedua yakni Yehezkiel 28:11-19 yang mirip dengan Yesaya 14:12-15 yakni kejatuhan Raja Tirus. Ini merupakan bagian dari nubuatan mengenai kejatuhan Tirus. Pada konteks itu, raja Tirus sering menyebut dirinya sebagai dewa atau manusia Tuhan dan nama raja itu adalah Ittoba’al[17] III yang memimpin Tirus tahun 590-575 SM. Ia sering meninggikan dirinya dan menyamakan dirinya dengan Tuhan.[18]

2.3.2                    Fakta Historis Tentang “Malaikat Yang Jatuh” (Lucifer)
Legenda tentang malaikat yang jatuh (Lucifer) yang dihubung-hubungkan dengan cerita alkitab merupakan sebuah kisah yang cukup tua dan bahkan sudah ada sebelum kemunculan kekristenan. Cerita ini muncul dalam naskah-naskah pseudopigrapha dan apokrifa yang ditulis sekitar 200-150 SM.  Literatur-literatur tersebut kebanyakan bersifat apokaliptis, yang menggambarkan perubahan-perubahan besar yang terjadi di dunia serta tentang akhir jaman. Melalui literatur-literatur itulah kita dapat melihat perkembangan gagasan atau ide tentang roh jahat. Menurut literatur-literatur tersebut, sebenarnya kejahatan bukan merupakan esensi dan asal usul dari setan. Salah satu literatur terkenal yang membahas tentang hal ini adalah kitab Henokh. Kitab ini menceritakan antara lain tentang ‘kecelakaan’ yang terjadi dalam kelompok para malaikat. Beberapa kelompok malaikat memberontak pada Allah dan akhirnya mereka dicampakkan dari sorga. Sebuah tulisan orang Yahudi, The Life of Adam and Eve (Vita Adami et Evae) yang diperkirakan berasal dari 200 SM-200 M, memberi dukungan terhadap kisah ini. Menurut tulisan ini, setan bercerita kepada Adam dan Hawa bahwa kejatuhannya dari sorga merupakan akibat penolakannya menyembah Adam sebagai gambaran Allah.[19] Informasi dari Alfred Edersheim juga menginformasikan bahwa bahwa Yudaisme rabinis terlalu dipengaruhi oleh dualisme Persia dan spekulasi yang jahat. Para rabi bukanlah sumber yang baik bagi kebenaran di area ini. Yesus secara radikal menyimpang dari ajaran Sinagog di area ini. Konsep musuh archangelic YHWH dikembangkan dari dua dewa yang tinggi dualisme Persia, Ahkiman dan Ormaza, dan kemudian dikembangkan oleh para rabi menjadi dualisme Alkitab YHWH dan Setan.[20]
Perkembangan mengejutkan terjadi pada masa inter-testamental[21]. Pada periode intertestamental ini, ular di Kejadian 3 diidentifikasi sebagai setan, dan bahkan kemudian hal ini menjadi pilihan para rabbi. "Anak-anak Allah" dalam Kejadian 6 menjadi malaikat dalam I Henokh 54:6.[22] Dan uniknya, Kejadian 6:1-2 sangatlah mirip dengan 1 Henokh 6:1-2.[23]
III.             Kesimpulan
Iblis merupakan sosok yang tak asing bagi kita meskipun alkitab tidak menceritakan asal usulnya. Iblis merupakan sosok yang antagonis dalam alkitab dimana ia selalu menghasut manusia agar melawan kehendak Allah. Kita sebagai orang Kristen haruslah tetap membentengi diri kita dengan iman kita agar kita tidak mudah terpengaruh kuasa si jahat, karena satu hal yang juga perlu kita sadari bahwa tidak kuasa yang lebih hebat selain didalam nama Yesus.
IV.             Daftar Pustaka
Barton, John & Muddiman, John., The Oxford Bible Commentary, (Oxford University Press : U.K, 2007), 553
Browning,W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta : BPK-GM, 2012
Buck, Charles, Charles Buck Theological Dictionary,Nabu Publisher, 2011
DYK-02-Nama Lucifer-PDF
Edersheim,Alfred., The Life and Times of Jesus the Messiah Vol II, Grand Rapids, MI: Christian Classics Ethereal Library, 1953
Ellen Guiley, Rosemary., The Encyclopedia Of Demons and Demonology, New York : Visionary Living, 2009
Fleming, Don., Bridgeway Bible Dictionary, Bridgeway Publications : Brisbane, Australia, 2004
http://wesley.nnu.edu/index.php?id=2126
L. Alden, Robert., Lucifer, Who or What? – (Bulletin of the Evangelical Theological Society 11, 1968) 35-39
Prophet, Elizabeth Clare., Fallen Angels And Origin of Evil, (Summit University Press : USA, 2000)5
Unger, Merill F. & Whilliam White, Jr, Vines Expository Dictionary of the Old Testament (Thomas Nelson Publisher : Nashville, 1949)1356
Utley, Bob, Isaiah A Commentary, Bible Lessons International: Marshall, Texas USA 2010
Van Der Toorn, Karel, Bob Becking, & Pieter W. Van Der Horst, Dictionary Of Deities and Demonology In The Bible, William B. Eerdsman Publishing Company Grand Rapids : Cambridge, U.K, 1999



[1] Acuan tersebut adalah yang pertama, menyesatkan (to stray), memberontak (to revolt), membuat tak adil (to be unjust), membakar (to burn), menggoda (to seduce). (Dictionary Of Deities and Demonology In The Bible, 1999, hlm 765)
[2] Karel Van Der Toorn, Bob Becking, & Pieter W. Van Der Horst, Dictionary Of Deities and Demonology In The Bible, (William B. Eerdsman Publishing Company Grand Rapids : Cambridge, U.K, 1999)765-769
[3] Merill F. Unger & Whilliam White, Jr, Vines Expository Dictionary of the Old Testament (Thomas Nelson Publisher : Nashville, 1949)1356
[4]  Bob Utley, Isaiah A Commentary, (Bible Lessons International: Marshall, Texas USA 2010)147
[5] Don Fleming, Bridgeway Bible Dictionary, (Bridgeway Publications : Brisbane, Australia, 2004)420
[6]  Charles Buck, Charles Buck Theological Dictionary,(Nabu Publisher, 2011)711
[7] Robert L. Alden, Lucifer, Who or What? – (Bulletin of the Evangelical Theological Society 11, 1968) 35-39
[8] Venus termasuk dalam kategori inferior planet, artinya karena garis orbitnya terletak antara bumi dan matahari, maka Venus tidak dapat muncul di langit pada malam hari jika dilihat dari timur. Venus hanya dapat dilihat di sebelah timur pada pagi hari atau sebelum matahari terbit atau di sebelah barat pada saat matahari terbenam selama sekitar 1 jam. Venus adalah benda ruang angkasa paling terang setelah matahari dan bulan.
[9] Beberapa penafsir itu diantaranya,  Origenes,  Agustinus, Tertullianus dan beberapa penafsir di zaman modern seperti Adam Clarke’s Commentary, Wycliffe Commentary, John Trapp’s Commentary.
[10] Rosemary Ellen Guiley, The Encyclopedia Of Demons and Demonology, (New York : Visionary Living, 2009)154
[11] W.R.F Browning, Kamus Alkitab, (Jakarta : BPK-GM, 2012)244
[12] Kitab Henokh adalah judul yang diberikan kepada sejumlah karya yang dianggap ditulis oleh Henokh, kakek buyut Nuh; artinya,Nabi Henokh/Nabi Idris, Henokh anak Yared (Kejadian 5:18). Ada juga tiga orang lain dalam Alkitab yang bernama Henokh: anak Kain (Kejadian 4:17), anak Midian (Kejadian 25:4), dan anak Ruben (Kejadian 46:9; Keluaran 6:14). Yang paling umum, ungkapan Kitab Henokh merujuk kepada 1 Henokh, yang sejauh kita ketahui bertahan utuh hanya dalam bahasa Ethiopia. Ada lagi dua kitab lain yang dinamai Henokh, yaitu 2 Henokh (yang bertahan hanya dalam bahasa Slavia Kuno, sekitar abad pertama; terj. bahasa Inggris oleh R. H. Charles (1896)  dan 3 Henokh (yang bertahan dalam bahasa Ibrani, sekitar abad ke-5 – abad ke-6. Meskipun banyak pakar menganggap Kitab 1 Henokh sebagai pseudoepigraf, berbagai kelompok, termasuk Gereja Ortodoks Ethiopia dan kaum Esene, menganggap sebagian atau seluruh bagian dari 1 Henokh sebagai Kitab Suci yang diilhamkan. Teks-teks yang dikenal sekarang dari karya ini biasanya diperkirakan berasal dari masa Makabe (sekitar 160-an SM).
[13] Elizabeth Clare Prophet, Fallen Angels And Origin of Evil, (Summit University Press : USA, 2000)5
[14] DYK-02-Nama Lucifer-PDF
[15] Metode ini dimulai dari penyatuan antara agama dan filsafat Yunani. Dengan munculnya filsafat, orang Yunani mulai menyadari bahwa mereka tidak mungkin menafsirkan tulisan-tulisan agama mereka secara harfiah dan tetap berpegang pada filsafat mereka. Jika kedua-duanya diambil secara harfiah, maka keduanya akan bertentangan. Karena kesetiaan baru mereka kepada filsafat, maka untuk membuat agar agama dan filsafat mereka tidak berbenturan mereka harus menyimpulkan bahwa tulisan-tulisan keagamaan mempunyai arti agak lain daripada arti harafiahnya. Metode ini beranggapan bahwa di balik arti yang jelas dan nyata dari kitab suci terdapat artinya yang sebenarnya.
[16] Bob Utley, Isaiah A Commentary, 153
[17] Ittoba’al secara harafiah juga berarti manusia ba’al.
[18] John Barton & John Muddiman, The Oxford Bible Commentary, (Oxford University Press : U.K, 2007), 553
[19] DYK-02-Nama Lucifer-PDF
[20] Alfred Edersheim, The Life and Times of Jesus the Messiah Vol II, (Grand Rapids, MI: Christian Classics Ethereal Library, 1953)770
[21] Apa yang terjadi dalam 400 tabun di antara penulisan kitab Maleakhi dan saat kelahiran Yesus tidak selalu jelas. Ini lah yang disebut dengan "Periode Intertestamental" oleh sebab inilah jangka waktu di antara penulisan Perjanjian Lama dan Baru. Kita tahu bahwa bangsa Israel yang telah dipulihkan itu mengalami berbagai gangguan politik yang serius sementara waktu ini. Setelah Aleksander Agung menaklukkan Imperium Persia, para pangeran dan jenderal Yunani berjuang untuk merebut hak untuk memerintah Timur Dekat. Raja Antiokhus III dari wangsa Seleukus merebut Palestina.dari Mesir pada tahun 198 sM dan berusaha menjadikannya sebuah pangkalan untuk membangun suatu imperium baru di Timur. Akan tetapi, Antiokhus III bukanlah tandingan bagi legiun-legiun Roma. Mereka mengalahkan bala tentaranya pada tahun 190 sM dan menjadikannya penguasa boneka dalam rangkaian pemimpin Roma.
[22] Bob Utley, Isaiah A Commentary, 147
[23] http://wesley.nnu.edu/index.php?id=2126

Tidak ada komentar:

Posting Komentar